Kebaikan Dunia dan Akhirat
Wednesday, May 1, 2019
Setiap orang beriman pasti
mendambakan kebaikan dunia dan akhirat. Setiap setelah shalat ataupun di banyak
kesempatan lainnya, kita selalu memanjatkan doa, "Ya, Tuhan Kami
berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Dan peliharalah
kami dari api neraka." (QS al-Baqarah [2]: 201).
Rasulullah SAW memberi
petunjuk praktis untuk merealisasikan doa di atas dalam hadis, "Empat
perkara yang apabila diberikan kepada seseorang maka sungguh dia telah
mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat: Pertama, hati yang senantiasa bersyukur. Kedua, lisan yang
senantiasa berzikir. Ketiga, tubuh yang bersabar ketika mendapat cobaan, dan
Keempat, istri yang berusaha tidak berkhianat pada dirinya dan harta suaminya."
(HR Thabrany).
Pertama, menurut Imam al-Ghazaly, hati yang bersyukur
adalah hati yang senantiasa menerima setiap pemberian Allah SWT dengan penuh
kegembiraan. Sekecil apa pun pemberian-Nya diterima dengan penuh kebahagiaan
dan dianggap sebagai nikmat. Orang yang hatinya selalu bersyukur tidak akan
bersedih dan berkeluh kesah, ketika mendapat nikmat sekalipun kecil dan tidak
sesuai dengan ekspektasinya.
Perasaan gembira dan
bahagia ketika mendapat nikmat akan mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat
dalam bentuk berkah (tambahan kebaikan).
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'."(QS
Ibrahim [14]: 7).
Kedua, lisan yang berzikir
merupakan ekspresi keimanan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Bentuknya
beragam, bisa tahmid, tahlil, takbir, tasbih, atau membaca Alquran. Apa pun
bentuknya, yang pasti zikir kepada Allah merupakan salah satu amalan yang dapat
mendatangkan ketenangan jiwa. "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS ar-Ra'd [13]: 28).
Ketenangan jiwa inilah yang akan mendatangkan kebaikan, baik dunia maupun akhirat.
Ketiga, cobaan terhadap
tubuh dapat berupa penyakit atau
kesulitan lainnya. Orang beriman akan senantiasa bersabar ketika ditimpa
kesulitan atau penyakit, sebab ia tahu bahwa bersamaan dengan semua itu ada
kecintaan dan kebaikan Allah SWT. "Sungguh, jika Allah mencintai suatu
kaum, Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia
yang akan meraih ridha Allah. Barang siapa siapa yang tidak suka, Allah pun
akan murka." (HR Ibnu Majah ).
Keempat, salah satu ciri
istri salehah adalah mampu memelihara diri dan harta suaminya. Ia akan
senantiasa taat kepada suaminya dan berusaha membuatnya senang dan bahagia. Ia
juga akan senantiasa menggunakan harta yang dikuasainya untuk mendorong
suaminya lebih saleh. "Wanita (istri) salehah adalah yang taat lagi
memelihara diri, ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara
mereka." (an-Nisa: 34).
Ayat di atas diperkuat
hadis Nabi SAW, "Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik
perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri salehah yang bila dipandang akan
menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya dan bila ia pergi akan menjaga
dirinya." (HR Abu Dawud). Memiliki istri seperti itu merupakan berkah dari
Allah SWT dan tentu akan mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat.
Wallahu
a'lam.
Baca juga: Keistimewaan Mukmin Sejati
Sumber: Republika
Artikel lainnya: Jurnal Islampedia